Kamis, 16 April 2015

TELAAH MATERI SKI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budaha dari India, yang penyebaran pengaruhnya tidak merata.Di Jawa telah mendalam, di Sumatera merupakan lapisan tipis, sedang dipulau-pulau lain belum terjadi.Walaupun demikikan, Islam dapat cepat menyebar.
Hal itu disebabbkan Islam yang dibawa oleh kaum pedagang maupun para da’i dan ulama’, bagaimanapun keislaman para da’i dan ulama’ masa awal, mereka semua menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari pada peradaban yang ada. Dalam bidang perenungan teologi monoteisme dibandingkan teologi politeisme, kehidupan masyarakat tanpa kasta, juga dalam dalam sufisme Islam lebih maju dan lebih mendasar dari pada mistik pribumi yang dipengaruhi mistik Hindu-Budha.Demikian pula dalam pengembangan intelektual dan keseniaan.
Dari sini, pembaca akan diajak untuk memahami tentang sejarah  peradaban Islam di Indonesia serta perkembangan-perkembangannya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana masuknya Islam ke Indonesia ?
2.      Bagaimana peran Ulama dan Wali Songo dalam perkembangan Islam di Indonesia ?
3.      Apa saja kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?
4.      Apa pengaruh Islam terhadap Peradaban Nusantara ?





BAB II
PEMBAHASAN


A. Telaah Subtansi (Isi)
1.      Masuknya Islam ke Indonesia
a.       Asal usul Islam masuk Nusantara
Suatu kenyataan bahwa Islam datang ke Idonesia dilakukan secara damai. Berbeda dengan penyebatran Islam di timur tengah yang dalam beberapa kasus, disrtai dengan pendudukan wilayah oleh militer Muslim. Islam dalam batas tertentu  disebarkan oleh pedagang, kemudin dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Oleh karena itu, wajar kalau terjadi perbedaan pendapat tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama kali Islam datang ke Nusantara[1].
1)      Islam Masuk ke Indonesia pada Abad ke-7 M
Islam datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah ( abad ke-7 sampai 8) langsung dari arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat iternasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada sejak abad ke-7 M) melalui selat Malaka yang menghubungkan Dnasti Tang di Cina ( Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat[2].
Pada abad ke-7, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para dai yang datang ke Indonesia berasal dari Jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India, yakni bangsa Gujaarat, dan juga China. Kedatangan para dai tersebut melalui berbagai arah, khususnya jalur sutra (jalur perdagangan).
2)      Islam Masuk ke Indonesia pada Abad ke-11 M
Satu-satunya sumber ini adalah ditemukannya makam panjang didaerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah binti Maimun dan rombongannya.pada makam itu terdapat prasasti huruf Arab riq’ah yang berangka tahun yang jika dimasehikan sama dengan tahun 1082 M.
3)      Islam Masuk ke Indonesia pada Abad ke-13 M
Sarjana Muslim kontemporer seperti Taufiq Abdullah mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurut pendapatnya memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau ke-8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah dipelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai.

b.      Proses Dakwah Islam
Proses masuknya Islam ke Indonesia  pada umumnya berjalann dengan damai. Dangat sedikit penyebaran Islam yang harus diwarnai dengan kekerasan, karena jalan dakwah yang ditempuh para mubaligh dihalang-halangi. Hal itu terjadi karena situasi dan kondisi, khususnya dibidang politik, dikerajaan-kerajaan sedang mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan[3].
Secara umum agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur-jalur perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, politik dan kesenian.
1)      Jalur Perdagaangan
Pada taraf permulaan, proses dakwah Islam adalah melalui jalur perdagangan. Lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 M sampai ke-16 M membuat pedagang-pedagang Muslim turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri barat, tenggara dan timur benua Asia. Pada masa itu, pedagang Muslim yang datang ke Indonesia makin banyak sehingga akhirnya membentuk pemukiman yang disebut pekojan (kampung Arab). Dari tempat inilah mereka berinteraksi dengan masyarakat asli sekaligus mendakwahkan ajaran Islam.
2)      Jalur Perkawinan
Melalui jalur perkawinan antara pedagang atau saudagar dengan wanita pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Perkawinan merupakan salah satu saluran Islamisasi yang lebih menguntungkan lagi apabila terjadi antara saudagar, ulama atau golongan lain, dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena status sosial-ekonomi, terutama politik raja-raja, adipati-adipati, dan bangsawan-bangsawan pada waktu itu turut mempercepat proses Islamisasi.
3)      Jalur Tasawuf
Taswuf adalah ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya. Orang yang ahli dibidang ilmu tasawuf sisebut sufi. Gerakan para sufi terlihat pada aktivitas Wali Songo.
4)      Jalur Pendidikan
Setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai kekuatan ekonomi dibandar-bandar seperti Gresik. Selain menjadi pusat-pusat  pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi; Maulana Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sultan Banten pertama[4]. Hingga kini, perkembangan pondok-pondok pesantren terus mengalami kemajuan dalam pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan Islam.
5)      Jalur Politik
Di beberapa daerah di Indonesia, kebanyakan rakyatnya memeluk Islam setelah penguasa atau rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik para raja dan penguasa sangat membantu tersebarnya islam di Nusantara. Di samping itu, kerajaan-kerajaan yang sudah memeluk Islam aktif melakukan dakwah kepada kerajaan-kerajaan non-Islam.
6)      Jalur Kesenian
Islamisasi lain yaitu melalui cabang-cabang kesenian seperti seni bangunan, seni pahat dan ukir, seni tari, seni musik dan seni sastra. Dengan kesenian ini dimaksudkan bahwa jenis-jenis kesenian pra-Islam tetap dipertahankan, sehingga penduduk Indonesia tidak merasa asing masuk ke dalam lingkungan Islam. Di antara karya seni yang terkenal dijadikan alat Islamisasi adalah pertunjukan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi minta agar para penonton mengikutinya mengucapkan Kalimat Syahadat, yang berarti dengan demikian orang menjadi masuk Islam. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi sedikit demi sedikit nama tokoh-tokohnya diganti menjadi nama-nama pahlawan Islam.


2.      Peran Ulama dan Wali Songo
a.       Peran Ulama
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepas dari peran aktif para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat. Di antara Ulama tersebut adalah sebagai berikut[5]:
1)    Hamzah Fansuri
Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra Arab. Tokoh sufi ini di Tanah Air terkenal membawa paham wihdatul wujud, yang diambil dari pemikiran Ibnu Arabi.
2)   Nuruddin Ar-Ramiri
Nuruddin Ar-Ramiri merantau ke nusantara dan memilih aceh sebagai tempat tinggalnya. Sebelum mengembara, ia mengajar agama dan diangkat sebagai sekh tarekat Rifaiah di India. Ia terkenal sebagai seorang ulama dan penulis yang sangat produktif. Tulisannya meliputi berbagai cabang ilmu agama seperti sejarah, fikih, hadis, akidah mistik, filsafat, dan juga ilmu perbandingan agama.
3)   Syehk Nawawi Al-Bantani
Beliau lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama seperti ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid Abmad bi Sayid Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib Sambas Al-Hambali.
Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia banyak terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang tertarik denga kepandaiannya, tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung halamannya. Karena itu pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap disana hingga beliau wafat pada tahun 1897 M/1314 H.

b.      Wali Songo
Dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa terdapat sembilan orang ulama yang memiliki peran sangat besar. Mereka dikenal dengan sebutan wali songo.
Para wali ini umumnya tinggal di pantai utara Jawa sejak dari abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16. Para wali menyebarkan Islam di Jawa di tiga wilayah penting, yaitu; Surabaya, Gresik dan Lamongan (Jawa Timur), Demak, Kudus dan Muria (Jawa Tengah), serta di Cirebon Jawa Barat. Wali Songo adalah para ulama yang menjadi pembaru masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru seperti, kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Adapun wali-wali tersebut yaitu; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria[6].

3.      Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
a.       Kerajaan Samudera Pasai di Sumatera
Kerajaan Pasai adalah Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculan pertama kalinya diperkirakan abad ke-13 M, sebagai proses dari hasil Islamisasi daerah-daerah pinggir pantai yang pernah disinggahi para pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan ini adalah dengan adanya nisan kubur yang terbuat dari batu granit asal Samudera Pasai. Dan nisan itu, dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Malik Al-Shaleh adalah raja pertama kerajaan tersebut dan merupakan pendiri kerajaan itu. Hal ini diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian atas berbagai sumber yang dilakukan sarjana-sarjana Barat, khususnya Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P.Molquette, J.L.Moens, J.Hushoff Poll, G.P.Rouffaer, H.K.J.Cowan, dan lain-lain.
Dari segi politik, munculnya kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya memeganag peranan penting di kawasan Sumatera dan sekelilingnya[7].


b.      Kerajaan Demak di Jawa
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, kerajaan ini muncul ketika melemahnya Raja Majapahit. Di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Walisongo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi Raja pertama kerajaan Demak. Gelar Raden Fatah adalah Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Demak sebelumnya adalah Bintoro yang  merupakan daerah vasal Majapahit yang diberikan oleh Raja Majapahit kepada Raden Patah.
Pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16 M. Dikatakan, ia adalah seorang anak Raja Majapahit dari seorang ibu muslim keturunan Campa. Ia digantikan anaknya yang bernama Sambrang Lor, dikenal juga dengan julukan Pati Unus. Menurut Tome Pires, Pati Unus baru berumur 17 tahun ketika menggantikan ayahnya sekitar tahun 1507. Menurutnya tidak lama setelah naik tahta, ia merencanakan suatu rencana serangan terhadap Malaka. Semangat perangnya memuncak ketika Malaka ditaklukkan Portugis pada tahun 1511. Akan tetapi, sekitar pergantian tahun 1512-1513, tentaranya mengalami kekalahan besar.
Pati Unus digantikan oleh Trenggono yang dilantik sebagai Sultan oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Ia memulai pemerintahan pada tahun 1524-1546. Pada masa Sultan Demak yang ketiga inilah Islam dikembangkan keseluruh tanah Jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Penaklukan Sunda Kelapa berakhir tahun 1527 yang dilakukan oleh gabungan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fadhilah Khan. Majapahit dan Tuban jatuh ke bawah kekuasaan Demak diperkirakan pada tahun 1527 itu juga[8].
c.       Tumbuh dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi.
1)    Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan
Kerajaan ini muncul ketika terjadi peristiwa pertentangan dalam keluarga istana, antara Pangeran Samudera sebagai pewaris sah kerajaan Daha, dengan pamannya yang bernama Pangeran Tumenggung. Ketika Raja Sukarama hampir tiba ajalnya, Ia berwasiat agar yang menggantikannya adalah cucunya Raden Samudera. Keempat putranya tentu tidak menerima wasiat itu.
Pertentangan itu menimbulkan keluarnya Pangeran Samudera dari kerajaan dan berkelana sampai ke kerajaan Demak. Ia meminta bantuan disana, dan akhirnya kerajaan Demak mau membantu pangeran Samudera asalkan dia mau menganut ajaran Islam dan akhirnya berhasil dan kerajaan itu berkembang menjadi kerajaan Islam[9].
2)    Maluku
Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1406 M, Raja Ternate memeluk Islam, nama raja itu adalah Vongi Tidore. Ia mengambil seorang istri keturunan Ningrat Jawa. Namun raja yang benar-benar memeluk agama Islam adalah raja yang bernama Zayn Al-Abidin pada tahun 1486 M.
3)    Sulawesi
Kerajaan Goa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut dengan kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi. Kerajaan tersebut menerima ajaran agama Islam dari Gresik atau Giri yang tersebar dalam proses Islamisasi diseluruh nusantara. Kemudian kerajaan kembar Goa-Tallo menyampaikan “pesan Islam” kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, yang lebih tua, Wajo, Soppeng, dan Bone[10].

4.      Pengaruh Islam Terhadap Peradaban Nusantara
Dakwah Islam pada masa awal lebih bertumpu pada usaha para saudagar secara perorangan. Namun ketika para adipati atau raja mereka masuk Islam, dakwah para saudagar dilanjutkan oleh para penguasa dan para wali sebagai pemegang kendali pemerintahan. Ulama yang diberi kepercayaan sebagai penasihat kerajaan atau hakim dalam pemerintahan mendorong meluasnya penyebaran agama Islam ke daerah lain. Hal ini memberi pengaruh dalam perkembangan peradaban di Nusantara[11].
Dalam bidang seni arsitektur, pembangunan mesjid diutamakan sebagai umah ibadah sekaligus pusat kegiatan umat. Banyak mesjid yang didirikan oleh para wali yang mengembangkan gaya arsitektur dengan sentuhan etnik dan budaya lokal. Dalam bidang seni dan budaya, para ulama, wali, dan mubaligh mampu membangun keharmonisan antara budaya atau tradisi lama dengan ajaran Islam. Adat-istiadat yang berkembang di Indonesia banyak terpengaruh oleh peradaban Islam. Demikian pula dalm bidang politik, ketika kerajaan-kerajaan Islam mengalami masa kejayaan, banyak sekali unsur politik Islam yang berpengaruh dalam sistem politik pemerintahannya.

B. Telaah Formatif
1.      Standar Kompetensi
Standar Kompetensi untuk materi Tokoh-tokoh Pembaru Islam adalah “Memahami perkembangan Islam di Indonesia”. Standar Kopetensi yang digunakan sudah sangat memdai untuk menampung materi tentang Perkembangan Islam di Indonesia.

2.      Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.       Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia
b.      Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh berprestasi dalam perkembangan Islam di Indonesia.
c.       Mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam di Indonesia dan meneladani tokoh-tokohnya.

3.      Bahasa
Bahasa yang digunakan sudah baik, tetapi kurang penjelasan pada istilah-istilah baru yang masih asing ditelinga peserta didik.

4.      Metode
Metode Ceramah, sosio drama, dan Tanya Jawab sangat cocok digunakan untuk materi sejarah.

5.      Media
Media yang digunakan bisa dengan media yaitu gambar, foto, slide, dan film.

6.      Evaluasi
Evaluasi yang baik digunakan untuk materi Perkembangan Islam di Indonesia adalah Evaluasi Kognitif dan Evaluasi afektif.

7.      Alokasi Waktu
Waktu 3x45 menit sudah cukup untuk untuk materi tentang Perkembangan Islam di Indonesia, yang bisa dibagi menjadi 2x pertemuan atau cukup 1x pertemuan saja.



BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Jikalau kita amati perjalanan Sejarah Islam di Indonesia dari masa ke masa  sejak kedatangan, proses penyebaran sampai zaman tumbuh dan berkembangnya Kesultanan Kesultanan bahkan mencapai keemasannya terasa telah terjadinya dinamika histories yang menggembirakan. Di zaman Keemasan Kesultanan-Kesultanan di Indonesia sebagaimana telah dicontohkan terutama abad ke-17 M. telah memberikan warisan sejarah yang gemilang dalam berbagai aspek: Sosial- politik Sosial-ekonomi-perdagangan, Sosial–keagamaan dan kebudayaan, ternyata telah memberikan citra yang dapat dibanggakan.
Namun demikian setelah mulai dimasuki pengaruh baik politik, ekonomi-perdagangan maupun system pemerintahan maka umat Islam mengalami keresahan yang akibatnya muncul perlawanan atau pemberontakan melwan politik penjajahan baik melalui gerakan politik mapun gerakan keagamaan dan gerakan pendidikan. Namun upaya perjuangan masyarakat Musilm di bawah pimpinan para ulama itu mengalami kegagalan akibat berbagai factor antara lain: perselisihan internal yang kemudian dimasuki politik divide et empera, pemisahan persatuan antara ulama dan umara, antara perjuangan dari satu daerah dengan daerah lainnya belum ada persatuan, pendidikan masyarakat yang dengan sengaja oleh pokitik Belanda dibedakan terutama menuju sekulerisme dengan pengawasan ketat terhadap pendidikan non-pemerintah yang berlandaskan keagamaan dan sebagainya.






DAFTAR PUSTAKA


Hadi, Nur. Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah kelas XII, Jakarta: Erlangga, 2002.

Hasymy, Ahmad. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung: Al-Ma’arif, 1981.

Sunato, Musyrifah. Sejarah peradaban Islam Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers,  2012.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.


[1] Musyrifah Sunato, Sejarah peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,  2012), hlm 7.
[2] A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung:Al-Ma’arif, 1981), hlm 358.
[3] Musyrifah Sunato, Ibid, hlm 12
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers. 2011), hlm 192
[5] Nur Hadi, Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah kelas XII, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm155.
[6] Nur Hadi, Ibid, hlm 159
[7] Badri Yatim, Ibid, hlm 205
[8] Badri Yatim, Ibid, hlm 211
[9] Badri Yatim, Ibid, hlm 220
[10] Badri Yatim, Ibid, hlm 223
[11] Nur Hadi, Ibid, hlm 171


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budaha dari India, yang penyebaran pengaruhnya tidak merata.Di Jawa telah mendalam, di Sumatera merupakan lapisan tipis, sedang dipulau-pulau lain belum terjadi.Walaupun demikikan, Islam dapat cepat menyebar.
Hal itu disebabbkan Islam yang dibawa oleh kaum pedagang maupun para da’i dan ulama’, bagaimanapun keislaman para da’i dan ulama’ masa awal, mereka semua menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari pada peradaban yang ada. Dalam bidang perenungan teologi monoteisme dibandingkan teologi politeisme, kehidupan masyarakat tanpa kasta, juga dalam dalam sufisme Islam lebih maju dan lebih mendasar dari pada mistik pribumi yang dipengaruhi mistik Hindu-Budha.Demikian pula dalam pengembangan intelektual dan keseniaan.
Dari sini, pembaca akan diajak untuk memahami tentang sejarah  peradaban Islam di Indonesia serta perkembangan-perkembangannya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana masuknya Islam ke Indonesia ?
2.      Bagaimana peran Ulama dan Wali Songo dalam perkembangan Islam di Indonesia ?
3.      Apa saja kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?
4.      Apa pengaruh Islam terhadap Peradaban Nusantara ?





BAB II
PEMBAHASAN


A. Telaah Subtansi (Isi)
1.      Masuknya Islam ke Indonesia
a.       Asal usul Islam masuk Nusantara
Suatu kenyataan bahwa Islam datang ke Idonesia dilakukan secara damai. Berbeda dengan penyebatran Islam di timur tengah yang dalam beberapa kasus, disrtai dengan pendudukan wilayah oleh militer Muslim. Islam dalam batas tertentu  disebarkan oleh pedagang, kemudin dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Oleh karena itu, wajar kalau terjadi perbedaan pendapat tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama kali Islam datang ke Nusantara[1].
1)      Islam Masuk ke Indonesia pada Abad ke-7 M
Islam datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah ( abad ke-7 sampai 8) langsung dari arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat iternasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada sejak abad ke-7 M) melalui selat Malaka yang menghubungkan Dnasti Tang di Cina ( Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat[2].
Pada abad ke-7, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para dai yang datang ke Indonesia berasal dari Jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India, yakni bangsa Gujaarat, dan juga China. Kedatangan para dai tersebut melalui berbagai arah, khususnya jalur sutra (jalur perdagangan).
2)      Islam Masuk ke Indonesia pada Abad ke-11 M
Satu-satunya sumber ini adalah ditemukannya makam panjang didaerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah binti Maimun dan rombongannya.pada makam itu terdapat prasasti huruf Arab riq’ah yang berangka tahun yang jika dimasehikan sama dengan tahun 1082 M.
3)      Islam Masuk ke Indonesia pada Abad ke-13 M
Sarjana Muslim kontemporer seperti Taufiq Abdullah mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurut pendapatnya memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau ke-8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah dipelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai.

b.      Proses Dakwah Islam
Proses masuknya Islam ke Indonesia  pada umumnya berjalann dengan damai. Dangat sedikit penyebaran Islam yang harus diwarnai dengan kekerasan, karena jalan dakwah yang ditempuh para mubaligh dihalang-halangi. Hal itu terjadi karena situasi dan kondisi, khususnya dibidang politik, dikerajaan-kerajaan sedang mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan[3].
Secara umum agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur-jalur perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, politik dan kesenian.
1)      Jalur Perdagaangan
Pada taraf permulaan, proses dakwah Islam adalah melalui jalur perdagangan. Lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 M sampai ke-16 M membuat pedagang-pedagang Muslim turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri barat, tenggara dan timur benua Asia. Pada masa itu, pedagang Muslim yang datang ke Indonesia makin banyak sehingga akhirnya membentuk pemukiman yang disebut pekojan (kampung Arab). Dari tempat inilah mereka berinteraksi dengan masyarakat asli sekaligus mendakwahkan ajaran Islam.
2)      Jalur Perkawinan
Melalui jalur perkawinan antara pedagang atau saudagar dengan wanita pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Perkawinan merupakan salah satu saluran Islamisasi yang lebih menguntungkan lagi apabila terjadi antara saudagar, ulama atau golongan lain, dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena status sosial-ekonomi, terutama politik raja-raja, adipati-adipati, dan bangsawan-bangsawan pada waktu itu turut mempercepat proses Islamisasi.
3)      Jalur Tasawuf
Taswuf adalah ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya. Orang yang ahli dibidang ilmu tasawuf sisebut sufi. Gerakan para sufi terlihat pada aktivitas Wali Songo.
4)      Jalur Pendidikan
Setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai kekuatan ekonomi dibandar-bandar seperti Gresik. Selain menjadi pusat-pusat  pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi; Maulana Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sultan Banten pertama[4]. Hingga kini, perkembangan pondok-pondok pesantren terus mengalami kemajuan dalam pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan Islam.
5)      Jalur Politik
Di beberapa daerah di Indonesia, kebanyakan rakyatnya memeluk Islam setelah penguasa atau rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik para raja dan penguasa sangat membantu tersebarnya islam di Nusantara. Di samping itu, kerajaan-kerajaan yang sudah memeluk Islam aktif melakukan dakwah kepada kerajaan-kerajaan non-Islam.
6)      Jalur Kesenian
Islamisasi lain yaitu melalui cabang-cabang kesenian seperti seni bangunan, seni pahat dan ukir, seni tari, seni musik dan seni sastra. Dengan kesenian ini dimaksudkan bahwa jenis-jenis kesenian pra-Islam tetap dipertahankan, sehingga penduduk Indonesia tidak merasa asing masuk ke dalam lingkungan Islam. Di antara karya seni yang terkenal dijadikan alat Islamisasi adalah pertunjukan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi minta agar para penonton mengikutinya mengucapkan Kalimat Syahadat, yang berarti dengan demikian orang menjadi masuk Islam. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi sedikit demi sedikit nama tokoh-tokohnya diganti menjadi nama-nama pahlawan Islam.


2.      Peran Ulama dan Wali Songo
a.       Peran Ulama
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepas dari peran aktif para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat. Di antara Ulama tersebut adalah sebagai berikut[5]:
1)    Hamzah Fansuri
Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra Arab. Tokoh sufi ini di Tanah Air terkenal membawa paham wihdatul wujud, yang diambil dari pemikiran Ibnu Arabi.
2)   Nuruddin Ar-Ramiri
Nuruddin Ar-Ramiri merantau ke nusantara dan memilih aceh sebagai tempat tinggalnya. Sebelum mengembara, ia mengajar agama dan diangkat sebagai sekh tarekat Rifaiah di India. Ia terkenal sebagai seorang ulama dan penulis yang sangat produktif. Tulisannya meliputi berbagai cabang ilmu agama seperti sejarah, fikih, hadis, akidah mistik, filsafat, dan juga ilmu perbandingan agama.
3)   Syehk Nawawi Al-Bantani
Beliau lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama seperti ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid Abmad bi Sayid Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib Sambas Al-Hambali.
Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia banyak terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang tertarik denga kepandaiannya, tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung halamannya. Karena itu pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap disana hingga beliau wafat pada tahun 1897 M/1314 H.

b.      Wali Songo
Dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa terdapat sembilan orang ulama yang memiliki peran sangat besar. Mereka dikenal dengan sebutan wali songo.
Para wali ini umumnya tinggal di pantai utara Jawa sejak dari abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16. Para wali menyebarkan Islam di Jawa di tiga wilayah penting, yaitu; Surabaya, Gresik dan Lamongan (Jawa Timur), Demak, Kudus dan Muria (Jawa Tengah), serta di Cirebon Jawa Barat. Wali Songo adalah para ulama yang menjadi pembaru masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru seperti, kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Adapun wali-wali tersebut yaitu; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria[6].

3.      Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
a.       Kerajaan Samudera Pasai di Sumatera
Kerajaan Pasai adalah Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculan pertama kalinya diperkirakan abad ke-13 M, sebagai proses dari hasil Islamisasi daerah-daerah pinggir pantai yang pernah disinggahi para pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan ini adalah dengan adanya nisan kubur yang terbuat dari batu granit asal Samudera Pasai. Dan nisan itu, dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Malik Al-Shaleh adalah raja pertama kerajaan tersebut dan merupakan pendiri kerajaan itu. Hal ini diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian atas berbagai sumber yang dilakukan sarjana-sarjana Barat, khususnya Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P.Molquette, J.L.Moens, J.Hushoff Poll, G.P.Rouffaer, H.K.J.Cowan, dan lain-lain.
Dari segi politik, munculnya kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya memeganag peranan penting di kawasan Sumatera dan sekelilingnya[7].


b.      Kerajaan Demak di Jawa
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, kerajaan ini muncul ketika melemahnya Raja Majapahit. Di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Walisongo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi Raja pertama kerajaan Demak. Gelar Raden Fatah adalah Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Demak sebelumnya adalah Bintoro yang  merupakan daerah vasal Majapahit yang diberikan oleh Raja Majapahit kepada Raden Patah.
Pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16 M. Dikatakan, ia adalah seorang anak Raja Majapahit dari seorang ibu muslim keturunan Campa. Ia digantikan anaknya yang bernama Sambrang Lor, dikenal juga dengan julukan Pati Unus. Menurut Tome Pires, Pati Unus baru berumur 17 tahun ketika menggantikan ayahnya sekitar tahun 1507. Menurutnya tidak lama setelah naik tahta, ia merencanakan suatu rencana serangan terhadap Malaka. Semangat perangnya memuncak ketika Malaka ditaklukkan Portugis pada tahun 1511. Akan tetapi, sekitar pergantian tahun 1512-1513, tentaranya mengalami kekalahan besar.
Pati Unus digantikan oleh Trenggono yang dilantik sebagai Sultan oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Ia memulai pemerintahan pada tahun 1524-1546. Pada masa Sultan Demak yang ketiga inilah Islam dikembangkan keseluruh tanah Jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Penaklukan Sunda Kelapa berakhir tahun 1527 yang dilakukan oleh gabungan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fadhilah Khan. Majapahit dan Tuban jatuh ke bawah kekuasaan Demak diperkirakan pada tahun 1527 itu juga[8].
c.       Tumbuh dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi.
1)    Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan
Kerajaan ini muncul ketika terjadi peristiwa pertentangan dalam keluarga istana, antara Pangeran Samudera sebagai pewaris sah kerajaan Daha, dengan pamannya yang bernama Pangeran Tumenggung. Ketika Raja Sukarama hampir tiba ajalnya, Ia berwasiat agar yang menggantikannya adalah cucunya Raden Samudera. Keempat putranya tentu tidak menerima wasiat itu.
Pertentangan itu menimbulkan keluarnya Pangeran Samudera dari kerajaan dan berkelana sampai ke kerajaan Demak. Ia meminta bantuan disana, dan akhirnya kerajaan Demak mau membantu pangeran Samudera asalkan dia mau menganut ajaran Islam dan akhirnya berhasil dan kerajaan itu berkembang menjadi kerajaan Islam[9].
2)    Maluku
Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1406 M, Raja Ternate memeluk Islam, nama raja itu adalah Vongi Tidore. Ia mengambil seorang istri keturunan Ningrat Jawa. Namun raja yang benar-benar memeluk agama Islam adalah raja yang bernama Zayn Al-Abidin pada tahun 1486 M.
3)    Sulawesi
Kerajaan Goa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut dengan kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi. Kerajaan tersebut menerima ajaran agama Islam dari Gresik atau Giri yang tersebar dalam proses Islamisasi diseluruh nusantara. Kemudian kerajaan kembar Goa-Tallo menyampaikan “pesan Islam” kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, yang lebih tua, Wajo, Soppeng, dan Bone[10].

4.      Pengaruh Islam Terhadap Peradaban Nusantara
Dakwah Islam pada masa awal lebih bertumpu pada usaha para saudagar secara perorangan. Namun ketika para adipati atau raja mereka masuk Islam, dakwah para saudagar dilanjutkan oleh para penguasa dan para wali sebagai pemegang kendali pemerintahan. Ulama yang diberi kepercayaan sebagai penasihat kerajaan atau hakim dalam pemerintahan mendorong meluasnya penyebaran agama Islam ke daerah lain. Hal ini memberi pengaruh dalam perkembangan peradaban di Nusantara[11].
Dalam bidang seni arsitektur, pembangunan mesjid diutamakan sebagai umah ibadah sekaligus pusat kegiatan umat. Banyak mesjid yang didirikan oleh para wali yang mengembangkan gaya arsitektur dengan sentuhan etnik dan budaya lokal. Dalam bidang seni dan budaya, para ulama, wali, dan mubaligh mampu membangun keharmonisan antara budaya atau tradisi lama dengan ajaran Islam. Adat-istiadat yang berkembang di Indonesia banyak terpengaruh oleh peradaban Islam. Demikian pula dalm bidang politik, ketika kerajaan-kerajaan Islam mengalami masa kejayaan, banyak sekali unsur politik Islam yang berpengaruh dalam sistem politik pemerintahannya.

B. Telaah Formatif
1.      Standar Kompetensi
Standar Kompetensi untuk materi Tokoh-tokoh Pembaru Islam adalah “Memahami perkembangan Islam di Indonesia”. Standar Kopetensi yang digunakan sudah sangat memdai untuk menampung materi tentang Perkembangan Islam di Indonesia.

2.      Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.       Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia
b.      Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh berprestasi dalam perkembangan Islam di Indonesia.
c.       Mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam di Indonesia dan meneladani tokoh-tokohnya.

3.      Bahasa
Bahasa yang digunakan sudah baik, tetapi kurang penjelasan pada istilah-istilah baru yang masih asing ditelinga peserta didik.

4.      Metode
Metode Ceramah, sosio drama, dan Tanya Jawab sangat cocok digunakan untuk materi sejarah.

5.      Media
Media yang digunakan bisa dengan media yaitu gambar, foto, slide, dan film.

6.      Evaluasi
Evaluasi yang baik digunakan untuk materi Perkembangan Islam di Indonesia adalah Evaluasi Kognitif dan Evaluasi afektif.

7.      Alokasi Waktu
Waktu 3x45 menit sudah cukup untuk untuk materi tentang Perkembangan Islam di Indonesia, yang bisa dibagi menjadi 2x pertemuan atau cukup 1x pertemuan saja.



BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Jikalau kita amati perjalanan Sejarah Islam di Indonesia dari masa ke masa  sejak kedatangan, proses penyebaran sampai zaman tumbuh dan berkembangnya Kesultanan Kesultanan bahkan mencapai keemasannya terasa telah terjadinya dinamika histories yang menggembirakan. Di zaman Keemasan Kesultanan-Kesultanan di Indonesia sebagaimana telah dicontohkan terutama abad ke-17 M. telah memberikan warisan sejarah yang gemilang dalam berbagai aspek: Sosial- politik Sosial-ekonomi-perdagangan, Sosial–keagamaan dan kebudayaan, ternyata telah memberikan citra yang dapat dibanggakan.
Namun demikian setelah mulai dimasuki pengaruh baik politik, ekonomi-perdagangan maupun system pemerintahan maka umat Islam mengalami keresahan yang akibatnya muncul perlawanan atau pemberontakan melwan politik penjajahan baik melalui gerakan politik mapun gerakan keagamaan dan gerakan pendidikan. Namun upaya perjuangan masyarakat Musilm di bawah pimpinan para ulama itu mengalami kegagalan akibat berbagai factor antara lain: perselisihan internal yang kemudian dimasuki politik divide et empera, pemisahan persatuan antara ulama dan umara, antara perjuangan dari satu daerah dengan daerah lainnya belum ada persatuan, pendidikan masyarakat yang dengan sengaja oleh pokitik Belanda dibedakan terutama menuju sekulerisme dengan pengawasan ketat terhadap pendidikan non-pemerintah yang berlandaskan keagamaan dan sebagainya.






DAFTAR PUSTAKA


Hadi, Nur. Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah kelas XII, Jakarta: Erlangga, 2002.

Hasymy, Ahmad. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung: Al-Ma’arif, 1981.

Sunato, Musyrifah. Sejarah peradaban Islam Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers,  2012.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.


[1] Musyrifah Sunato, Sejarah peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,  2012), hlm 7.
[2] A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung:Al-Ma’arif, 1981), hlm 358.
[3] Musyrifah Sunato, Ibid, hlm 12
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers. 2011), hlm 192
[5] Nur Hadi, Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah kelas XII, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm155.
[6] Nur Hadi, Ibid, hlm 159
[7] Badri Yatim, Ibid, hlm 205
[8] Badri Yatim, Ibid, hlm 211
[9] Badri Yatim, Ibid, hlm 220
[10] Badri Yatim, Ibid, hlm 223
[11] Nur Hadi, Ibid, hlm 171

1 komentar: